28 November 2008

Maafin Papa yach nak..


Jam menunjukkan pukul setengah 2 pagi, ketika suara keras tangisan anakku menyentak telingaku dan membuat aku terbangun dari lelap tidurku. Ku lihat anakku tengah menangis di lantai, ya.. di lantai bukan di kasur, karena anakku sangat senang tidur di lantai. Walaupun aku pindahkan ke kasur, terkadang ia akan bangun dan kembali lagi tidur di lantai... kebiasaan yang aneh, mungkin dinginnya lantai keramik di rumah kontrakan ini membuatnya lebih nyaman ketimbang tidur di kasur.

Tangisannya pun belum berhenti dan semakin keras, entah apa yang terjadi dengan anakku ini, mungkin ia mengalami mimpi buruk sehingga terbangun, atau karena masuk angin sehingga membuat tubuh kecilnya tidak nyaman. Atau mungkin lapar...? ya lapar kata istriku, karena seharian anakku gak mau makan, kecuali tadi siang. Sambil menahan ngantuk dan sedikit pusing, segera aku ke dapur dan membuatkan bubur meal time, bubur bayi siap saji kegemaran anakku. Namun apa yang terjadi saat aku menyuapi anakku, ternyata ia melepehkan setiap suapan bubur yang aku berikan. Sedikit kupaksa, dan dengan terpaksa ia pun makan walau sedikit, aku pun sedikit bergembira. Baru sedikit bubur yang ia telan, kemudian ia memuntahkan semua makanan dalam perutnya, serta merta seluruh bajunya dan bajuku kotor oleh muntah. Aku pun kesal, karena segala upayaku untuk membuatnya mau makan menjadi sia-sia. Sedikit kulampiaskan kesalku dengan mendorong kepalanya. Ia pun menangis, lalu kupukul tangannya, dan tangisnya bertambah keras.


Malu rasanya dengan tetangga, akhirnya kulepas bajunya yang sudah penuh dengan kotoran muntahnya, dan kugendong dia untuk kubersihkan ke kamar mandi, ia pun tersenyum kegirangan, sontak kekesalan ku meleleh dan lumer karena melihat senyumnya. Kubersihkan tubuh mungilnya lalu kubaluri seluruh tubuhnya dengan minyak kayu putih sebelum kupakaikan baju. Setelah itu kupakaikan baju, ia pun tertidur dengan senyum kecil menghiasi wajah mungilnya. Kutatapi putri kecilku yang baru berumur 1 tahun 3 bulan itu, tak terasa mengalir sedikit tetesan air mata di wajah ngantukku. Dalam hatiku pun bergumam... maafin papa yach nak, papa belum bisa menjadi ayah yang baik buat kamu, belum bisa bersabar menghadapi kelakuan nakalmu... semoga engkau memaafkan papamu...

5 comments:

Anonymous said...

Papa yg baik nih.. anaknya nanti pasti cakep dan ramah.

maw kasih saran nih ? blh ya ! tp saya mohon maaf dlu.. krn saya belum menjadi seorang ayah.. dan belum jg berkeluarga. dan saya masih muda :D bisa dibilang masi seumur jagung.

- cara mudah agar lebih bersabar menghadapi kelakuan nakal sang anak.

1.Anggaplah dirinya seperti pacar anda dlu yg sekarang menjadi istri anda. Ingat betapa besar rintangan yg ada jalani untuk mendapatkannya.

2. Cobalah untuk merindukannya setiap detik. dng mengingat hal2 yg anda sukai darinya, seperti senyuman di wajah mungilnya.

3. Bersikap Profesional. Jangan membawa masalah pekerjaan atau tugas yg membwt anda kecapean ke lingkungan rumah.

4. Jika ia menangis di tengah malam, dan anda sedang cape.. karena letih seharian di kantor. Bangunlah.. dan temani dia hingga tertidur. Be a godfather.

5. Perbanyak waktu anda untuk berbagi dengannya..hingga tidur bareng jg gpp dan ajari dia utk tidur d tempat yg layak. Jgn d semen. Ga bagus ituh..

Mungkin ini aja saran saya.. 1x lg maaf yah.. Saya cuma tersentuh membaca tulisan Bapak.

Anonymous said...

Buat om nandoz, trims atas sarannya

Dewandaru said...

Sweet posting bro..

Pernahkah kita marah kemudian tertawa hampir disaat yang bersamaan kepada kekasih..?
Tidak.

Pernahkah air matamu mengalir tanpa sebab hanya dengan memandangi wajah kekasih saat tidur?
Tidak.

Pernahkah sesuatu yang buruk menimpamu kmdn mendpt khbr pd saat yg sama tnnyt kekasihmu terantuk, jatuh, terluka..?
Tidak.

Hanya dia yg sanggup melakukannya.
Malaikat-malaikat kecil itu.

Anonymous said...

Assalamualaikum...
Hmm sedikit telat baca postingannya.. tapi "touchy" bangett..
Welll.. saya belum menikah dan punya anak.. tapi.. ada sedikit saran..

"Jangan Pernah Bilang Anak Nakal" deh papanyazakiya..
truss..

Coba peluk dan bisikkan "Sholawat" ketika anak rewell.. hehe
dan yang pasti.. cobalah mengerti apa yang dia butuhkan

Ok.. suksess yah

intermezo said...

penyayang anak ya, mmhh saya juga suka bingung kl anak terlalu aktif... mencoba untuk selalu sabar dan sadar... perbanyak senyum... istighfar... tp kl dah lihat senyumnya emang lumer juga hati kita ...