26 September 2011

Analisa Fundamental Keuangan Dunia


Intermezo 2008-2010

Waktu krisis keuangan tahun 2008, segala sendi ekonomi AS hancur lebur tidak tersisa. Para investor membuat spekulasi yang berlebihan tentang harga minyak, sehingga harganya sangat meroket secara tajam. Tahun 2011 juga terjadi hal yang demikian dengan investasi emas. Analis ane berpikir emas tidak akan selamanya menjadi pelindung saat krisis. Buktinya hari Jumat lalu (23/09/2011) emas turun tajam. Analis ane sangat bingung kok harga emas sampai bisa meroket sebegitu tingginya. Sedangkan agan-agan coba berpikir, mana yang lebih utama dan lebih penting :emas atau minyak atau beras, di saat krisis ekonomi nanti sedang mencapai puncaknya, di mana orang membutuhkan uang tunai cukup besar untuk membelanjakan barang-barang yang “lebih penting”, dan harus berkutat dengan inflasi yang naik dan nilai mata uang yang jatuh...??. Sangat tidak masuk akal bukan jika krisis orang-orang membeli emas, padahal harga beras dan bahan makanan lain mulai merangkak naik...??, justru saat krisis “seharusnya” harga pangan jauh lebih tinggi daripada emas bukan...??, tapi kenyataannya...??, agan bisa menangkap pesan ane bukan...??, Ane pernah baca di buku ekonomi anak ane bahwa ada seorang perepuan Brazil yang lolos dari krisis keuangan Brazil tahun 1988 dengan menarik seluruh uangnya di bank, dan melakukan “investasi” dengan membeli sebanyak mungkin bahan pangan karena nilai mata uang Brazil saat itu tiap jam jatuh terus, dan tiap setengah hari harga pangan melonjak terus. Inilah yang paling ditakuti analis ane. Counter attack yang sangat cepat dan brutal. Dan ini bisa sangat mungkin terjadi di di sebuah negara yang menurut kita tidak mungkin terkena krisis ekonomi, yaitu USC (United States of China). Negara di mana sistem ekonomi yang diterapkan persis seperti jaman Soeharto. Kita dulu yang telah hidup di tahun 1990 tentu merasakan kesuksesan ekonomi Soeharto, dan tidak pernah berpikr jika 8 tahun lagi semuanya akan berakhir bukan...??. Ini bukan masalah korupsi Soeharto saja, tapi sebuah pernyataan bahwa yang terpenting dari sebuah negara adalah bagaimana mengetahui serangan politik dari negara lain. Politik...??, yah, hanya politik,politik dan politik saja. Dari politik, menghasilkan anak yang namanya “kepentingan”. Peta ekonomi dunia saat ini terbagi dalam 4 kekuatan utama, bukan lagi kekuatan G20 atau G7, karena banyak sekali kepentingan politik-nya, sehingga sulit sekali untuk mencapai keputusan bersama.
- AS dan Jepang( Jepang sudah memprihatinkan kondisi ekonominya)
- BRICS (dipimpin China)
- Uni Eropa dan Inggris
- Negara timur tengah (negara yang menghasilkan minyak dan gas alam)

Negara lain selain disebutkan di atas, seperti Swiss, Singapore, Australia, Korea Selatan, dan negara-negara lain yang memiliki daya saing tinggi atau memiliki industri yang strategis dan bertaraf global hanya mengkuti arus saja, dan hanya mau mengusai dan pempertanahakan bisnis perusahan mereka saja. Untuk negara berkembang seperti India, analis ane tidak memasukkan karena kurang memiliki daya saing dan pendapatan per kapita India masih rendah sekali. Indonesia juga tidak dimasukkan karena.........(tolong di isi ya gan apa prestasi daya saing ekonomi kita?, perlindungan hukum tidak jelas...??, oh itu bad news, birokrasi ribet...??, oh no..., korupsi..?? ini lagi.....) . Oke yang pasti Indonesia masih banyak yang harus dibenahi.

AMERIKA DAN JEPANG
Ane sebut AS dan Jepang karena kedua negara ini selalu memiliki kaitan bisnis. Hanya industri otomotif, elektronik, dan teknologi saja yang saling besaing. Sisanya, mereka bisa saling mengisi. AS sudah 2 kali membuat QE. Dana $1,2 triliun yang digelontorkan ke pasar, berharap untuk memulihkan kondisi ekonomi. Tapi analis ane menangkap pesan lain. AS mau mengancurkan Chia, seperti kehancuran Indonesia dengan hot money-nya. Tapi yang membuat sial adalah dana tersebut malah ditempatkan di Uni Eropa, bukan di Asia. Mereka masih trauma jika Asia krisis ekonomi karena dana mereka begitu banyak dan resiko investasi yang lebih tinggi dari Uni Eropa. Dan mengapa Ben Bernanke membuat stimulus yang berlebihan dan begitu besar hanya untuk menyelamatkan ekonomi AS jangka pendek...??. secara teori krisis ekonomi AS sebetulnya sedah berakhir tahun 2009 lalu. Tapi Ben Bernanke “lupa” bahwa warga AS punya optimisme yang sangat tinggi terhadap perbakan ekonomi AS. Apalagi awal tahun 2009 Presiden Obama menjabat sebagai presiden dengan janji-janji untuk memperbaiki ekonomi yang suram. Nah, Ben Bernanke kecolongan bahwa rakyat AS yang begitu percaya diri untuk keluar dari krisis. Apa-apa dijamin, kesehatan dijamin oleh negara, bahkan ketika mereka menggangur-pun dijamin negara dengan diberikan uang. Maka terjadilah apa yang disebut konsumerisme berlebihan. Padahal daya beli mereka sebetulnya turun, jadi seharusnya mereka mengurangi apa yang inginkan, dan memebeli yag mereka butuhkan, karena keinginan manusia itu tidak terbatas.
Ane pernah baca majalah ekonnomi yang memperlihatkan tahun lalu, bahwa ada sekeluarga dari AS menghabiskan uang mereka, berlibur ke Hawai, padahal mereka mengganggur dan mereka tidak tahu apa yang terjadi besok. Mereka mempergunakan uang pengganguran dari Pemerintah AS. Ketika wartawan bertanya,”Apa anda seeluarga tidak takut dengan apa yang telah anda lakukan...??”, jawab mereka enteng saja gan, “Kami percaya kepada negara kami, kami percaya krisis akan segera berakhir”. Selain itu banyak yang mengantri membeli iPad 1 di sebuah pusat perbelanjaan dan mereka rela menunggu selama berjam-jam hanya untuk membeli iPad. Yang benar saja, katanya krisis ekonomi, penggaguran di mana-mana tapi gaya hidup masih sama seperti sebelum krisis. Nah, ditambah lagi gaya hidup orang AS mirip sekali dengan orang Indonesia. Mereka membeli sesuatu yang sebetulnya tidak perlu, sebagai ganti-nya mereka hanya membeli barang-barang murahan untuk keperluan sehari-hari untuk mengurangi biaya gaya hidup mereka, seperti membeli pasta gigi, dengan melihat harga yang paling murah, bukan berdasarkan kualitas. Nah, inilah yang dinantikan negara China. Kesejahteraan yang sebetulnya menurun, tapi dipaksakan untuk membeli sesuatu yang wah, tetapi mempertimbangkan biaya untuk kebutuhan sehari-hari dengan harga murah. China langsung menyerang dengan mengirim barang-barang kebutuhan sehari-hari yang murah meriah. Maka laris-lah barang-barang China, ditambah kurs Yuan dipermainkan Pemerintah China, maka membuat harga jauh lebih murah lagi. AS tahun 2010 mengalami kalah dangang sebear $ -561 miliar, sedangkan China untung $ 272 miiar.

Uni Eropa dan Inggris
Uni Eropa juga menyadari bahwa warganya mengkuti “jejak” AS. Maka tahun 2009 akhir Bank Sentral Uni Eropa mengingatkan bahwa akan terjadi krisis di masa yang akan datang. Bank sentral Eropa sebetulnya memberikan seuatu pesan bahwa,” eh, kamu jangan konsumtif terus dong, investasi, investasi”. Dan lagi-lagi cara pandang investasi orang Eropa sama dengan AS bahwa mereka terlalu takut dan kurang percaya dengan kemampuan ekonomi negara berkembang. Jadi mereka taruhlah dana invest mereka di AS, walau ada juga yang di negara China, tetapi perusahaan-prusahaan besar asal Eropa segera untuk melakukan ekspansi bisnis secepat mungkin ke China, atau bahkan membuat atau memindahkan di China, soalnya biaya produksi jauh lebih murah di China. Maka jangan heran banyak pengangguran di Eropa.

BRICS
China sebetulnya tahu akan sepak terjang Pemerintah AS dan Eropa. Jadi pada tahun 2009 juga meluncurkan stimulus ekonomi yang jumlah ane lupa, kira-kira $700 miliar kalau dijadikan dollar AS. Orang Tiongkok yang ada di negara Tiongkok sana memiliki sidat jarang memhambur-hamburkan uangnya. Perintah Tiongkok berharap dana stimulus itu “parkir” di AS atau Eropa. Tapi yang terjadi malah uang stimulus justru malah “parkir” di negara-nya sendiri. Loh kok bisa...?? ya bisa kan suku bunga China jauh lebih tinggi dari AS dan Eropa, dan China juga tahan terhadap krisis ekonomi beserta dengan India dan Indonesia. Prospek ekonomi China jauh lebih baik, jadi buat apa investasi di negara lain....??. Jadinya ekonomi China sempat meloncat ke angka 11,9% tapi inflasi juga meloncat tinggi. Pada akhirnya Pemerintah China memberlakukan pengetatan ekonomi untuk sementara waktu untuk menurunkan inflasi. Negara lain di luar China masih berkutat dengan krisis ekonomi global (kecuali India yang berhasil lolos).

Timur Tengah
Nah ini spesialis minyak dan gas juga memiliki andil yang cukup besar di percaturan ekonomi dunia. Tapi negara ini membuat sedikit kecewa AS karena di tahun 2010 harga minyak sudah melaju kencang dan tidak sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran yag terjadi. Ini akibta ulah para spekulan minyak, tapi para anggota OPEC menolak dengan tegas untuk menaikkan produksi agar harga turun karena daya beli ekonomi global masih melemah, dikhawatirkan akan menaikkan inflasi global. Tetapi OPEC tetap tidak mau menaikkan, dengan alasan menyalahkan para spekulan, padahal sebetulnya mereka lebih nyaman dengan adanya spekulan dan produksi yang tetap karena harga jual jadi jauh lebih tinggi.

bersambung....(pertarungan ekonomi 2011 - 2015)


0 comments: